Seputar Kita

Kadang kita melewatkan hal kecil yang akan berefek besar dalam kehidupan kita. Teruslah motivasi diri dengan terus berbagi........Karena tanpa kita sadari setiap detik waktu kita tak akan pernah kembali, jadikan berharga, jadikan bermanfaat.... Tetap di seputar kita..........
Powered By Blogger

Selasa, 14 Desember 2010

Keutamaan Puasa Tasu’a dan ‘Asyura [9 & 10 Muharram]

Bismillah…
Hari ‘Asyura di depan mata. Siapkan ilmu untuk mengahadapinya. Jadilah Anda seorang muslim pejuang sunnah an-nabawiyah. Selamat menyimak, semoga Allah mudahkan kita tuk mengamalkannya…

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]

Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).

Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)

Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.

Penjelasan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura[1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.

Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.

Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]

Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)

CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))

[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)

[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)

[4] (lihat no. 3)

[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)

Wallaahu a’lam.

Minggu, 21 November 2010

Introduksi UKHUWAH (bag 2)


Setelah bersantap dengan nikmat di temani alam yang indah ini, kami bergegas untuk mempersiapkan perjalanan berikutnya ke tempat wisata disekitar Bandung. Gunung Tangkuban Perahu-lah yang jadi tujuan berikutnya.

Mendengar kabar tentang aktifnya gunung-gunung berapi disekitar pulau Jawa, sebenarnya membuat ku cukup galau. Kalau-kalau gunung tangkuban perahupun jadi aktif juga. Namun, perjalanan tetap dilanjutkan dengan harapan semoga hal tersebut tidak terjadi.

Sekali lagi, sebuah pemandangan eksotis alam pegunungan yang luar biasa, dengan warna kawah yang kehijauan dan beberapa berbentuk lumpur berwarna kuning membuatku terkagum-kagum. Betapa kecilnya aku dibandingkan ini semua.... Subhanallah...

Melewati jalur menuju kawah aku melihat asap yang mengepul dari pinggiran kawah, sepertinya itu adalah bagian dari bukti bahwa gunung ini masih aktif. Orang mengatakan, kalau beruntung kita bisa turun dan memasak telor dikawahnya karena airnya yang mendidih. Namun, tentu itu adalah pilihan nekat untuk turun ke kawah saat seperti ini. Apalagi siang bolong seperti ini tiba-tiba ada kilat menyambar di sambung dengan bunyi geledek yang membuat kami terkaget.

Kabut mulai turun, dengan cepat kabut menghalangi pandangan kami. Bahkan jarak pandang hanya sekitar 5 meter selebihnya putih. Hatiku makin menciut ketika orang-orang berlarian menuju mobil masing-masing, mencari-cari temannya dan mengajak mereka untuk segera turun gunung. Gambaran ledakan dahsyat merapi dan pikiran-pikiran tentang aktifnya gunung menjadi bayangan yang membuatku ingin segera mengakhiri kunjungan ke gunung ini.
Alhamdulillah.... Tak lama kemudian kami berkumpul dan membentuk formasi kembali untuk menuju tempat kunjungan berikutnya.

Menuju sebuah tempat makan bernuansa sundanese, dengan balai-balai yang nyaman. Berdiri diatas kolam yang berisi ikan mas yang besar-besar, semakin melekatkan kondisi ke-sundaan. Bersama teman-teman kami memesan sebuah tempat yang cukup lapang dan memesan makanan. Maklum, sepertinya perut sudah meminta haknya. Hidangan pembuka berupa cumi goreng datang, tidak lama kemudian disusul tahu tempe, kemudian beberapa bakul nasi (maklum jumlah kami cukup banyak), dan terakhir menu-menu yang khas menjadi sasaran kami.
5247c7878a4bf9f8img0443a
Selesai bersantap dan saling berbagi cerita, ada sebuah agenda yang cukup menarik dan ini menjadi favoritku. Agenda saling bertukar hadiah, kali ini kami memiliki batasan hadiah (range harga 80-100 ribu) dan didalam hadiah itu harus diberikan kalimat ucapan kepada peneriama. Bermacam-macam hadiahpun mulai dibagikan dan mulai dibuka. Ada termos air, ada sound system mini, ada HP, ada sepatu, ada tas, dan lain-lain. Masing-masing orang mendapatkan ucapan dari temannya, ucapan untuk saling mengingatkan dan menguatkan, ucapan untuk terus menjadi satu saudara, dan ucapan untuk terus bisa bersama.
Sebuah nuansa yang tidak bisa aku lupakan, betapa ternyata persaudaraan itu memang dibangun dari sebuah pemahaman bukan hanya sekedar kenal, dibutuhkan juga sebuah nilai pengorbanan untuk sahabat kita.

Itulah awal dari sebuah ukhuwah.... Dimulai dari berkenalan, dilanjutkan dengan saling memahami, kemudian saling meringankan dan sebuah ketinggian dari nilai ukhuwah adalah pengorbanan untuk saudara kita.
ukhuwah1
Semoga awal yang indah ini akan menjadi pencetus menuju akhir yang lebih indah

( selesai )

By. Salman Al-Fatih

Kamis, 11 November 2010

Introduksi UKHUWAH (bag 1)


image
Sekarang pukul 04.30 WIB, sebuah serangan dingin membuatku terbangun. Serangan dingin yang membuat kakiku lagi-lagi merasa anyep ( dingin dalam bahasa Jawa ), temanku yang telah berwudhu membangunkanku menggunakan air bekas wudhu yang membuat tangannya sedingin es dan dia memegang kakiku sehingga semakin kurasakan dinginnya.
"Bangun... Bangun... Sudah subuh! Ayo, sudah ditunggu teman-teman yang lain. Kita sholat jama'ah diruang tengah ya!" Katanya dengan terus memegang kakiku dengan tangan es-nya.
"He-em... Sebentar ya, aku kumpulin nyawa dulu!" Kataku sambil menggeliat dan meringkukkan badan menahan dingin. Setelah memperhatikanku dan kembali mengingatkanku, temanku itu pergi. Ingin rasanya ku lanjutkan tidurku, namun tidak bisa! Sudah waktu subuh, waktunya berjuang melawan kemunafikan....
Menginjakkan kaki diruang wudhu seolah kakiku menyentuh balok es yang membuat sensasi panas dan kesemutan dikakiku, begitu dinginnya udara dan air pagi hari ini. Keadaan in semakin menyadarkanku, dan tidak bisa tidak harus sekalian ku ambil air dan kubasuh wajahku.......
Begitu khusyuk subuh berjama'ah di sebuah tempat asing pagi ini. Setelah semalam kami melakukan perjalanan panjang dari Jakarta menuju Lembang yang dingin, rasa lelah dan penat pasti telah menggelayuti badan dan mata kami. Namun, sepertinya itu tidak nampak dimata teman-temanku. Terbukti setelah shalat berjama'ah, semua melanjutkan dengat tilawah dan berdzikir. Setelah itu sebagian lagi ada yang keluar menikmati pagi nan sejuk di tanah Lembang yang asri.
Aku melihat pagi itu, lampu-lampu di lereng bukit sebrang begitu indah. Seperti sebuah mozaik warna kuning-putih-dan gelap bercampur membentuk alur dari daerah puncak ke arah lereng bukit. Begitu indah, pemandangan yang takkan ku temui di Jakarta.
Semakin mentari bersinar, maka barisan pepohonan hijau asri mulai menampakkan keindahannya. Dari puncak ini, aku melihat kabut yang menutup pedesaan disisi lain bukit. Lampu-lampu yang tadinya menyala mulai padam, matahari mulai bersinar membuatku merasa semakin hidup setelah semalaman merasakan dinginnya malam di Lembang. Semakin lama kunikmati pemandangan ini, semakin ingin ku jelajahi setiap jengkal perbukitan itu. Begitu indah, begitu menawan, begitu mengagumkan, lukisan alam yang tak tertandingi oleh maestro manapun.
Suara kicauan burung mulai ramai dan geliat kehidupan di tanah ini mulai terasa. Suara kendaraan bermotor mulai terdengar, manusia-manusia yang terlihat mungil dari puncak ini mulai terlihat bergerak melakukan tugas-tugasnya masing-masing.
Seorang temanku berkata, " Di daerah ini paling enak kalo kita jalan-jalan pagi keliling bukit, terus kita makan diwarung lesehan atau menikmati susu murni yang dijual penduduk asli." Hmm... Terbayang olehku, berjalan diantara pepohonan hijau, menikmati pemandangan yang asri, menyapa orang-orang sunda yang ramah, dan menyantap susu segar.
Hmm.... Inilah liburan yang menyenangkan. Menikmati asrinya alam perbukitan.
(bersambung)
By. Salman Al-Fatih

Selasa, 02 November 2010

SEBUAH BROADCAST MESSAGES.. (ending)

Seiring bertambahnya usia, si anak pun merasa sudah waktunya untuk mencari pasangan hidup. Ibunya yang kini mulai tua-pun merestui niat anaknya tersebut untuk menikah.

Sebulan kemudian anaknya melangsungkan pernikahan, si anak mendapatkan jodoh seorang wanita cantik dari keluarga yang mapan dan bersahaja.

Setelah menikah, sudah menjadi tradisi di daerah tersebut bahwa istri harus tinggal di rumah suaminya. Maka kini dirumah si anak tinggal-lah dia, si Ibu, dan istrinya.

Bulan demi bulan pun berlalu. Kondisi si Ibu kini mulai rapuh dan sakit-sakitan. Karena khawatir akan kesehatan Ibunya, si anak memeriksakanya ke dokter, dan ternyata si Ibu yang sudah renta itu kini mengidap penyakit paru yang parah.

Si isteri yang mengetahui hal ini mulai khawatir dan merasa jijik akan keberadaan Ibu mertuanya tersebut. Apalagi si isteri sedang mengandung anak pertama. Kekhawatiran ini ternyata juga dirasakan oleh si anak. Karena merasa terganggu dengan kondisi si Ibu yang sering batuk-batuk, muntah darah, menumpahkan makanan ataupun minuman, dan sering mengompol, akhirnya si anak dan isterinya pun berembuk dan mereka sepakat untuk meninggalkan si Ibu di gunung, seperti adat setempat yang biasa meninggalkan orang tua yang sudah renta dan menyusahkan di atas gunung di daerah tersebut dengan harapan tidak merepotkan keluarganya lagi.

Hingga tiba pada hari yang telah ditentukan, saat itu hari masih pagi, matahari baru saja bersinar di ufuk timur. Si Ibu yang tua renta dan sakit-sakitan ini sedang sibuk memetiki bunga mawar yang ditanam oleh si isteri di kebun belakang rumah. Si anak menghampiri si Ibu sambil berkata “Ibu, ayo kita pergi jalan-jalan”

Si Ibu pun bertanya “tidakkah ini terlalu pagi, Nak? Bagaimana dengan isterimu yang sebentar lagi akan melahirkan?”

“tidak apa-apa Bu, ada bibi yang akan menjaga menantumu”

“baiklah kalau begitu, Nak” ujar si Ibu menuruti.

Perjalanan pun dimulai. Tidak banyak pembicaraan antar Ibu dan anaknya kali ini, hanya saja sepanjang perjalanan si Ibu sibuk meletakkan bunga mawar –yang ia petik dikebun belakang rumahnya – ditengah jalan yang ia dan anaknya lewati.

Si anak pun bertanya “untuk apa mawar-mawar itu Ibu?”

Si Ibu tidak menjawab, ia hanya tersenyum.

Melihat hal itu si anak tidak menghiraukan dan terus melanjutkan perjalanan.

Kini perjalanan mulai menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan yang lebat dan sedikit gelap karena kabut dan rimbunnya pepohonan disana.

Sudah hampir 2 jam mereka berjalan menaiki gunung, sesekali si Ibu bertanya, dan sesekali juga si anak yang bertanya. Tidak banyak yang mereka bicarakan.

Akhirnya mereka tiba di satu tempat yang datar, tepat di bawah pohon rindang yang berakar besar. Si Ibu yang kelelahan akhirnya duduk di akar tersebut, kemudian tertidur. Melihat hal ini si anak mulai bimbang akan niatnya, yaitu meninggalkan Ibunya di gunung ini. Tapi ia juga teringat bahwa isterinya sebentar lagi akan melahirkan anak pertamanya, jadi tanpa ragu ia tinggalkan ibunya tertidur pulas di atas akar pohon rindang tersebut.

Begitu mulai menuruni bukit, si anak merasa bingung untuk menentukan arah pulang kerumah karena lebatnya hutan di kaki gunung tersebut. Tapi kemudian ia melihat mawar yang ada di sepanjang jalan. Ia ingat, Ibunya meninggalkan mawar-mawar sepanjang perjalanan mendaki tadi, ternyata tujuanya adalah untuk membantu anaknya mengingat arah pulang. Si anak mulai merasa menyesal. Tapi dia terus mengikuti jejak-jejak mawar tersebut menuruni gunung.

2 jam sudah, sama seperti waktu ketika ia mendaki bersama Ibunya, ia tiba di rumah. Ketika tiba di halaman rumahnya, ia mendengar isterinya berteriak kesakitan karena akan melahirkan. Langsung terbesit dalam benak si anak “apakah begini kondisi Ibu-ku saat melahirkan aku?”

Rasa penyesalan mulai menderu hati si anak. Langsung ia berlari kedalam rumah, kemudian ia masuk ke kamar Ibunya, tempat dimana ia selalu dipeluk penuh sayang oleh Ibunya saat dia masih kecil. Tapi dia hanya mendapati kasur berseprai rapih, tanpa ada Ibunya yang biasa ia jumpai berbaring atau duduk di atasnya. Ada secarik kertas di atas kasur berseprai rapih itu, “apa isinya?” ia bertanya-tanya sambil bergegas membukanya. Isi secarik kertas itu adalah tulisan kusut yang ditulis oleh seorang Ibu renta yang tangannya gemetar, yang 2 jam lalu ia tinggalkan di hutan. Bunyinya :


Anakku sayang, Ibu mengerti kau dan isterimu tidak akan menyukai keadaan Ibu yang sakit-sakitan dan renta ini. Jadi Ibu ikhlas akan meninggalkan kalian ke atas gunung. Tolong sampaikan maaf Ibumu ini karena telah memtik mawar-mawar yang isterimu tanam dihalaman. Itu semua Ibu lakukan karena Ibu tau, kau akan kesulitan mencari jalan pulang. Apalagi sebentar lagi cucu Ibu, anakmu yang pertama, akan lahir. Ibu turut berbahagia Nak. Ibu selalu menyayangi kalian semua. Nak, kau tidak usah bersedih dan tidak usah berusaha mencari ibu kembali karena mungkin ketika kau membaca surat ini, Ibu sudah tidak ada lagi di dunia. Jadi tolong sampaikan salam dan maaf ibu kepada isterimu, dan cucu Ibu.

Salam sayang selalu untukmu Nak.

-Ibu yang selalu mencintaimu-


Setelah membaca surat ini, si anak tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya, tepat saat itu, anak pertamanya pun lahir seperti harapan si Ibu. Namun kini semuanya telah terlambat. Air mata si anak tak ada gunanya lagi..



That’s it guys! Itu bentuk retold story nya.. spontan mata gw langsung berkaca-kaca setelah baca tu broadcast message! Gw langsung inget nyokap gw di rumah. Berhubung perjalanan gw belum jauh, gw putusin untuk ga jadi ngaso di CITOS. Gw mau langsung balik ke rumah, mendadak gw jadi kangen banget sama nyokap. Gw mau, apapun yang terjadi, jangan sampe gw kaya tu anak di dalem broadcast message. Ya ALLAH.. i love you so much Mom. I’ll do my best for you. :’)

Pesen Moral nye : Ibu or Mami or Emak or Nyokap or Mama or apalagi lah, adalah orang yg selalu mengusahakan yg terbaik buat anaknya. Kaya cerita di atas, ya ente2 semua ude gede lah yaa, bisa nyimpulin sendiri gimana makna tuh cerita. Ampe akhir hayatnya, walaupun di jahatin sama anak n menantunya, si Ibu tetep berusaha ngasih yg terbaik buat anaknya. Btul ga?

Sampe ketemu di cerita2 gw yg lain ya guys. Keep contact with this blog, owrait? Hehe..

Wassalam..

Cao, Adios, Au Revoir..

TERSENYUM….:)


Tersenyum….

Melihat tingkahnya, melihat cerianya, melihat lincahnya…. Tak berhenti aku tersenyum ikut merasakan kebahagiaannya.

Senyumnya, kedipan matanya, geraknya… Membuatku semakin ingin memeluknya.

Dia memelukku dengan dekapan hangat, tergelak-gelak tertawa melihatku, akupun memeluknya dan merasakan kebahagiaannya.

Aku menyayanginya, dia adalah hartaku, dia adalah pelipur laraku, dia yang menghapus letihku….:)

Tak akan rela seandainya ada yang mengganggunya.


Tersenyum….

Malam itu dia tertidur dengan pulas… wajah polosnya membuatku semakin ingin berlama-lama menatapnya. 

Ya Rabb…. Jadikanlah dia permata dikalangan orang beriman,

Ku belai rambutnya, ku kecup keningnya…

Sekali-lagi aku tersenyum menatapnya… :)


Tersenyum…

Aku berangkat diiringi senyumnya dan bidadari mulia yang kucintai….

Sekali-lagi aku tersenyum, melihat mereka bahagia…

Assalamu’alaikum……


Tersenyum….

Saat penat bekerja, aku tersenyum mengingat mereka.

Saat berdo’a ku sebut nama mereka, semoga keluarga kami menjadi keluarga yang di RidhoiNya.


Sekali lagi aku tersenyum…

Ya Rabb… Syukurku padaMu… Telah Kau berikan aku rizki yang banyak dan barakah….

Ya Rabb… Aku adalah hambaMu yang lemah, jadikanlah aku hambaMu yang kuat yang Engkau cintai.

Ya Rabb… Jadikanlah keluarga kami adalah keluarga yang menjadi contoh bagi keluarga lain. Jadikanlah aku imam yang shohih, jadikalah istriku bidadari mulia yang Engkau muliakan, jadikanlah anak kami adalah pengingat kami untuk terus berjuang di jalanMu, jadikanlah kami termasuk dalam barisan mujahidMu yang akan memuliakan namaMu….




By. Salman Al-Fatih

SEBUAH BROADCAST MESSAGE


Hari itu Senen, bulan Oktober 2010. Tanggal tepatnya sih gw lupa, tapi yang jelas tu hari dimana gw ngerasain pening sepening-peningnya kepala. Semua terasa mumet hari itu. Guess what’s the reason? Soal anatomi di tentamen RM! Thats the reason, Pal! Dunia serasa gelap n kelam, taneman n bunga2 ditepi jalan nggak lagi mekar, daun2 jatuh berguguran, pokoknya kampus serasa kastil jaman2 Medievil.. (lebay mode : ON)
Well, gw mikir ni perkara ga gw rasain sendirian, jadi, solusi terbaiknya nyari temen yang bisa di ajak mbahas soal. Harapan gw ga muluk2 : jawaban dia (orang yang gw ajak bahas soal) ga lebih bener dari gw alias salahnya lebih banyak! >:D
Berangkatlah gw ke basecamp anak2 ber-“otak” (pinter maksudnya) di sebuah ruangan luas yang isinya karpet doank, plus mimbar n soundsystem (baca : Mesjid).
Pas nyampe disono, ude standby tuh anak2 ber-“otak”. Dengan muka2 yg nggak jauh suram dari gw, mereka nanya “gmn Dik, bisa tadi?”
Jawab gw “liat aje nih tampang gw..”
and, gw rasa tiba2 mereka punya ilmu psikologi membaca raut wajah yg instan! Coz mereka ngerti arti raut muka gw waktu itu à kewalahan njawab soal2 tentamen!!! -___-
Back to niat!, gw mulai merunut pertanyaan2 yg menurut gw susah n gw ga bisa jawab.
Ternyata...
Apa yang gw anggep susah selama ujian, mereka bisa jawab! Oh my Lord!
Yg bikin tambah gawat, mereka nggak sekedar bisa jawab, tapi ditambahin embel2 kalimat : “ah itu kan soal gampang, Dik! Ada semua noh jawabanya si BankSoal n di handout.. Masa yg kaya gituan lo tanyain? ”
MON DIEU!!! Kalimat2 itu kontan bikin gw ngerasa jadi makhluk paling ga berarti di bumi. (lebay lagi)
Oke lah kalo begitu, gw harus buru2 ngerubah haluan n arah omongan sebelum gw tiba2 syok depresional (istilah baru dalam bidang syok versi gw), then mati berdiri ditempat gara2 niat gw ga kesampean! Well, next destination : parkiran Gurun.
Kali ini ternyata perkiraan gw ga meleset. Temen gw yg 1 ini, mikirin susahnya soal tentamen tadi short term aje. Jadi ngga berlarut-larut dalem kemumetan soal! Hahay.. ini gw demen! Malah dia nanya, “mau nyantai dimane nih, Deq?” (panggilan khusus beberapa temen kampus ke gw : Musadeq)
Owrait, serasa tiba2 gw lupa tadi abis tentamen kalo ketemu temen2 nyantai model gini. Gw jawab, “hmm.. terserah lo boss!”
Temen gw ini jawab lagi, “CITOS aja lah! Mall langganan”
“oke!”
Then beberapa menit berselang, meluncurlah dua manusia yg udh bisa melupakan susahnya soal tentamen RM bebrapa jam yg lalu, ke arah Cilandak.
Di tengah perjalanan, temen gw ini nunjukin satu broadcast message di BBM nya. Dia bilang ke gw, “nih lo baca! Mewek ga lo bacanya?”
Guys, gw baca tuh broadcast message kira2 10 menit, n mata gw sedikit berkaca2. Penasaran apaan yg gw baca? Berikut gw retold tuh cerita semampu n seinget gw...
Disuatu waktu, disebuah desa, hidup seorang janda beranak satu. Suaminya telah meninggal beberapa bulan yg lalu karena kanker paru. Ibu ini begitu sabarnya membesarkan sang anak lelaki satu2nya. Setiap pagi sambil membawa anaknya, dia harus pergi mencari kayu bakar di hutan untuk kemudian dia jual ke pasar. Tidak hanya itu, sepulangnya dari menjual kayu bakar dipasar dia masih harus berbelanja untuk kebutuhan hidupnya dan si anak. Dan kalau hanya mengandalkan uang dari penjualan kayu bakar saja, tentu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua, jadi sang Ibu masih harus berjualan ubi bakar di sore harinya.
Tapi Ibu ini tidak pernah mengeluh akan keberadaanya yang serba sulit. Malah, semakin lelah ia, semakin sayang dia terhadap anak lelaki satu2nya ini, karena ia yakin anak lelakinya ini suatu saat nanti akan tumbuh menjadi pemuda yang dapat merubah keadaan yang sekarang dialaminya.
Waktu terus bergulir, si anak lelaki pun tumbuh semakin besar. Semenjak di bangku sekolah dasar, anak ini sudah mampu membuat bangga si Ibu dengan prestasinya yang luar biasa gemilang. Semua teman dan gurunya disekolah mengagumi dia.
Hal ini kontan membuat si Ibu merasa tidak sia-sia berkorban banyak demi si anak.
Semakin lama, si anak tumbuh semakin dewasa. Prestasinya yang gemilang membuat si anak tidak kesulitan untuk menggapai cita-citanya. Dengan mudah dan murah, si anak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan kemudian si anak pun mendapatkan gelar sarjana. Si Ibu merasa senang dengan perkembangan anaknya. Dan si anak pun sangat menyayangi Ibunya. Ia selalu mendengarkan setiap nasihat Ibunya.
Suatu hari si anak mendapatkan pekerjaan yang mendatangkan penghasilan cukup banyak, sehingga uang yang ia dapatkan bisa ia gunakan untuk membangun rumah tua milik ibunya di desa tempat dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh sang Ibu.
Kehidupan serba susah yang dulu dialami mereka berdua berubah sudah. Kini mereka tinggal dirumah yang layak huni, si Ibu pun tidak perlu lagi mencari kayu bakar di pagi hari untuk di jual ke pasar, karena semua biaya hidup kini di tanggung oleh si anak.
“Ibu tidak perlu khawatir lagi soal kehidupan kita Bu, semua biar aku yang urus sekarang” kata si anak dengan penuh kasih sayang kepada Ibunya.
Dengan mata berkaca-kaca, si Ibu berkata pada anaknya, “terimakasih nak, Ibu bersyukur mempunyai anak sepertimu. Kamu sungguh baik”
“jasa-jasa Ibu selama ini, tidak akan pernah aku lupakan Bu. Tanpa Ibu, aku tidak akan bisa seperti ini. Terimakasih Bu.. aku tidak tau bagaimana harus membalas jasa-jasamu itu..” ujar si anak lagi.
Si Ibu tidak menjawab dengan kata, dia menjawab dengan pelukan hangat terhadap anaknya. Di dalam hatinya si Ibu berkata “aku tidak mengingat jasa apa yang aku perbuat untukmu nak..seandainya aku ingat, aku ikhlas”
Si anak yang sejak tadi tegar, kini meneteskan air mata di pipinya ketika si Ibu memeluknya dengan hangat sehangat peluknya di saat si anak kecil dan tak berdaya.
(bersambung......)
By. holmes007

Senin, 25 Oktober 2010

Kalau Begini Ya Pantas Kalian Gak Kaya-Kaya......

 
clip_image002

Orang mengatakan negara kita itu zamrud khatulistiwa, negara yang kaya akan sumber daya alam, yang katanya hasil lautnya sangat melimpah. Bahkan dalam salah satu lagu yang dulu populer dikatakan 'kayu dan batu sudah jadi tanaman', semua itupun tidak cukup mewakili kekayaan yang kita miliki. Namun, ternyata apa yang kita rasakan berbeda dan ternyata kenyataan ini sangat pahit bagi beberapa orang. Bagaimana tidak, di sebuah sudut ibu kota yang katanya semua fasilitas ada dari masalah kesehatan sampai hiburan, masih ada saudara kita yang mengalami busung lapar. Ada sebuah hal menarik yang ingin saya ceritakan, ini adalah sebuah kondisi nyata yang mungkin oleh sebagian orang dianggap sebagai sebuah budaya. Namun bagi saya yang berasal dari kampung, hal ini sangat-sangat merugikan dan seharusnya kita memiliki perhatian terhadap masalah ini.

"Kalau begini terus, kalian tidak akan kaya dan sejahtera!" Begitulah kurang lebih yang dikatakan seorang ekspatriat dari Jepang yang bekerja disalah satu perusahaan minyak di Jakarta. Menyebalkan memang, dia berkata hal seperti itu didepan bangsa kita Indonesia. Tapi, sayapun merasakan hal yang sama. Mari kita coba tenangkan pikiran kita dan mulai berpikir.....

Kemacetan adalah sebuah rutinitas yang selalu dialami oleh warga kita, bukan hanya jakarta namun juga daerah lain. Sebutlah anto, seorang pekerja swasta di bilangan Jakarta Pusat. Setiap hari harus merelakan waktu 2 jam dijalan sebelum memulai pekerjaan, begitu juga saat pulang waktu tempuh sampai rumah yang berada didaerah depok kurang lebih juga sama, "Belum kalau hujan,mas! Bisa dipastikan saya dijalan akan semakin larut." Hampir semua warga mengeluhkan kondisi ini, sebelum kerja sudah capek, bagaimana bisa menunjukkan peforma yang maksimal?

Berbeda dengan widi, teman sekantor anto. Dia memilih untuk kost disekitar kantor, karena tidak kuat untuk tiap hari pulang-pergi. Sekali lagi, karena macet!! Padahal widi memiliki keluarga dirumah....

Oke!! Sudah cukup kita bicara tentang macet... Sekarang saya ingin menggambarkan betapa banyak energi sia-sia yang kita hambur-hamburkan demi kemacetan.

Setiap kendaraan bermotor milik kita pasti membutuhkan bahan bakar minyak, bahan bakar itu juga tidak kita dapatkan secara gratis, kita membeli. Disaat kita mengalami kemacetan, mesin mobil atau motor kita akan tetap melakukan pembakaran sehingga energi alam yang kita pakai itu akan terbuang sia-sia. Mungkin sebagian orang berpikir, "Ah, gue kan cuma pakai motor!" atau sebagian yang lain mengatakan," Ah, gue bisa beli bensin!" MEMANG!! tidak salah jika kita mengatakan hal itu, namun coba kita berpikir, berapa ribu ton minyak bumi yang kita bakar hanya untuk kemacetan setiap hari?? Padahal jika kita bisa menghematnya minyak itu bisa diekspor dan menghasilkan devisa yang luar biasa.

Mungkin setelah membaca tulisan diatas sebagian akan berpendapat," Kan demi kenyamanan kita, kita pakai kendaraan pribadi juga demi efisiensi," atau, "Dari pada naik kendaraan umum, banyak copet dan kejahatan, mending naik kendaraan pribadi meski agak mahal." Yah, itu kembali kepada kita.... Kita sudah sama-sama dewasa untuk memilih dan memilah mana yang baik? saya tidak menyalahkan, hanya saya memiliki pesan bagi pengguna kendaraan bermotor, berhematlah karena kondisi bumi kita semakin renta. Isi perut bumi terus diambil, kita menggunakannya dengan sia-sia, hasil pembakaran itupun menghasilkan gas yang membahayakan bumi, sampai kapan bumi kita akan bertahan? Bijaksanalah, kalau memang bisa kita kurangi, kurangilah....

......................................................................................................................................

Apa yang saya tulis diatas adalah sebuah keluhan dari para korban macet, pandangan seorang yang bekerja dan melihat langsung betapa minyak bumi dihambur-hamburkan percuma (ekspatriat dari Jepang), dan pandangan saya pribadi. Yang terakhir, masih banyak juga tindakan kita yang disebut 'pemborosan', mari kita berhati-hati dan memikirkan kondisi lingkungan kita, berhematlah...... 


By. Salman Al-Fatih