Setelah bersantap dengan nikmat di temani alam yang indah ini, kami bergegas untuk mempersiapkan perjalanan berikutnya ke tempat wisata disekitar Bandung. Gunung Tangkuban Perahu-lah yang jadi tujuan berikutnya.
Mendengar kabar tentang aktifnya gunung-gunung berapi disekitar pulau Jawa, sebenarnya membuat ku cukup galau. Kalau-kalau gunung tangkuban perahupun jadi aktif juga. Namun, perjalanan tetap dilanjutkan dengan harapan semoga hal tersebut tidak terjadi.
Sekali lagi, sebuah pemandangan eksotis alam pegunungan yang luar biasa, dengan warna kawah yang kehijauan dan beberapa berbentuk lumpur berwarna kuning membuatku terkagum-kagum. Betapa kecilnya aku dibandingkan ini semua.... Subhanallah...
Melewati jalur menuju kawah aku melihat asap yang mengepul dari pinggiran kawah, sepertinya itu adalah bagian dari bukti bahwa gunung ini masih aktif. Orang mengatakan, kalau beruntung kita bisa turun dan memasak telor dikawahnya karena airnya yang mendidih. Namun, tentu itu adalah pilihan nekat untuk turun ke kawah saat seperti ini. Apalagi siang bolong seperti ini tiba-tiba ada kilat menyambar di sambung dengan bunyi geledek yang membuat kami terkaget.
Kabut mulai turun, dengan cepat kabut menghalangi pandangan kami. Bahkan jarak pandang hanya sekitar 5 meter selebihnya putih. Hatiku makin menciut ketika orang-orang berlarian menuju mobil masing-masing, mencari-cari temannya dan mengajak mereka untuk segera turun gunung. Gambaran ledakan dahsyat merapi dan pikiran-pikiran tentang aktifnya gunung menjadi bayangan yang membuatku ingin segera mengakhiri kunjungan ke gunung ini.
Alhamdulillah.... Tak lama kemudian kami berkumpul dan membentuk formasi kembali untuk menuju tempat kunjungan berikutnya.
Menuju sebuah tempat makan bernuansa sundanese, dengan balai-balai yang nyaman. Berdiri diatas kolam yang berisi ikan mas yang besar-besar, semakin melekatkan kondisi ke-sundaan. Bersama teman-teman kami memesan sebuah tempat yang cukup lapang dan memesan makanan. Maklum, sepertinya perut sudah meminta haknya. Hidangan pembuka berupa cumi goreng datang, tidak lama kemudian disusul tahu tempe, kemudian beberapa bakul nasi (maklum jumlah kami cukup banyak), dan terakhir menu-menu yang khas menjadi sasaran kami.
Selesai bersantap dan saling berbagi cerita, ada sebuah agenda yang cukup menarik dan ini menjadi favoritku. Agenda saling bertukar hadiah, kali ini kami memiliki batasan hadiah (range harga 80-100 ribu) dan didalam hadiah itu harus diberikan kalimat ucapan kepada peneriama. Bermacam-macam hadiahpun mulai dibagikan dan mulai dibuka. Ada termos air, ada sound system mini, ada HP, ada sepatu, ada tas, dan lain-lain. Masing-masing orang mendapatkan ucapan dari temannya, ucapan untuk saling mengingatkan dan menguatkan, ucapan untuk terus menjadi satu saudara, dan ucapan untuk terus bisa bersama.
Sebuah nuansa yang tidak bisa aku lupakan, betapa ternyata persaudaraan itu memang dibangun dari sebuah pemahaman bukan hanya sekedar kenal, dibutuhkan juga sebuah nilai pengorbanan untuk sahabat kita.
Itulah awal dari sebuah ukhuwah.... Dimulai dari berkenalan, dilanjutkan dengan saling memahami, kemudian saling meringankan dan sebuah ketinggian dari nilai ukhuwah adalah pengorbanan untuk saudara kita.
Semoga awal yang indah ini akan menjadi pencetus menuju akhir yang lebih indah
( selesai )
By. Salman Al-Fatih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar