Seputar Kita

Kadang kita melewatkan hal kecil yang akan berefek besar dalam kehidupan kita. Teruslah motivasi diri dengan terus berbagi........Karena tanpa kita sadari setiap detik waktu kita tak akan pernah kembali, jadikan berharga, jadikan bermanfaat.... Tetap di seputar kita..........
Powered By Blogger

Rabu, 06 Oktober 2010

BERAS JATAH ITU MENGAJARI KAMI BERHEMAT


Rumah itu terlihat sederhana, ada teras yang cukup terang, di sebelahnya terdapat pepohonan yang cukup rindang. Pohon jambu mete yang bagian bawahnya menjadi tempat bermain anak sang pemilik rumah, dan ada pohon jambu air yang biasa menjadi tempat memanjat sang anak dengan kakaknya. Mereka berdua masih berusia sekolah, orang tua mereka adalah PNS. Sang ayah adalah seorang guru yang mengajar sekitar 60 km jauhnya dari rumah, dan ibunya juga seorang guru yang mengajar di sekolah dekat dengan rumah.
Seperti biasa sore itu ketika sang ibu pulang, ibu membukakan pintu rumah dan anak-anak yang dari siang telah menunggu untuk masuk rumahpun segera masuk dan kemudian bermain kembali. Sang ibu berganti baju, dan kemudian membersihkan rumah sambil sesekali berteriak kepada anak-anaknya agar tidak bermain terlalu jauh. Sang ayah baru sampai rumah ketika langit telah berwarna kemerahan, yang kemudian disambut oleh istri dan anak-anaknya.
Oh, saya lupa…. Sebelumnya, keluarga mereka adalah sebuah keluarga kecil yang tidak memiliki pembantu. Karena anak-anaknya yang masih kecil, kedua orang tuanya tidak bisa meninggalkan rumah dan menitipkannya pada mereka. Akhirnya, ketika sepulang sekolah biasanya anak-anak itu tidak bisa masuk rumah. Namun, sang ibu telah menyiapkan baju ganti dan makan siang di gudang sebelah rumah yang memang tidak berisi barang berharga hanya sebuah ruang terbuka yang dijadikan tempat menjemur baju dan beberapa barang bekas. Disana sang ibu biasanya menyiapkan baju ganti, makan siang dan makanan kecil, juga ada sebuah kasur lipat jika anak-anak itu ingin tidur. Dalam keadaan seperti itu, kedua orang tuanya meminta si sulung untuk menjaga adiknya yang masih kecil karena tidak ada orang lain yang bisa dipercaya. Beruntung kedua kakak beradik ini satu sekolah, sehingga mereka berangkat dan pulang bersama. Hal seperti itu berlangsung sampai si sulung kelas 4 SD, barulah kedua orang tuanya menitipkan kunci rumah dan meminta untuk kedua bersaudara ini menjaga rumah selama meraka mencari nafkah.
Malam harinya ketika adzan maghrib berkumandang, biasanya sang ayah akan memimpin shalat jama’ah di ruang keluarga rumah tersebut. Saat makan malam, mereka saling berbagi cerita dan menceritakan kejadian yang mereka alami. Begitulah suasana yang terjadi…..
Ketika krisis sejak tahun 1996 terjadi, mungkin itu adalah hal bersejarah yang sangat tertancap dalam benak kedua bersaudara ini. Keadaan ekonomi keluarga inipun mengalami imbas dari krisis tersebut. Betapa tidak, harga rupiah yang jatuh diimbangi oleh harga sembako yang meninggi. Mungkin sering pula setiap pengeluarannya sang ibu harus mengaturnya dengan hati-hati.
Malam itu, kedua kakak beradik ini dikumpulkan diruang keluarga oleh kedua orang tuanya. Sang ayah meminta kedua anaknya untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan ibunya. “Mas, bapak dan ibu merasa kalian sudah besar…..” begitulah kalimat pembuka yang mengawali pembicaraan mereka. Kemudian ibunya melanjutkan, “Mas merasa ada yang lain tidak dengan makanan sebulan ini?” Kedua kakak beradik ini saling berpandangan, si sulung diam saja dan adiknya menjawab, “ iya, bu…. Aku kok rasain nasinya jadi lembek dan gak enak ya?” sahutnya polos. “Apalagi?” Tanya ibu. Kemudian keluarlah berbagai jawaban dari kedua kakak beradik ini, mulai dari nasi yang tidak biasa, makan tambahan seperti ayam dan daging yang jadi hilang dan hanya muncul seminggu sekali, sampai minuman pagi yang biasanya susu jadi the manis.
Kedua orang tua tersebut tersenyum medengarkan jawaban dari anak-anaknya. “Iya, mas benar. Memang itulah yang terjadi, ibu mengganti beras yang biasa dengan beras jatah karena gaji bapak dan ibu tidak akan cukup kalau kita makan dengan beras yang biasanya, kemudian ayam dan daging memang jadi jarang ada karena hal yang sama tapi ibu janji nanti seminggu sekali pasti kita akan menikmati ayam atau daging, kemudian susu nanti akan kita ganti dengan membeli susu yang murni di Pak Lurah agar lebih bergizi daripada memakai susu bubuk atau kental manis,” jelas sang ibu kepada kedua anaknya. Si bungsu bertanya, “ Bu, beras jatah itu apa?” “Beras jatah itu beras pemerintah, mas. Maksudnya beras itu adalah beras yang diberikan oleh pemerintah sebagai jasa kita mengabdi pada pemerintah,” jawab sang ibu.
“Memang beras jatah lebih murah ya,bu?” lagi-lagi si kecil bertanya. “Bukan begitu, namun beras itu adalah bayaran kami sebagai guru. Sebagian gaji kami langsung kami tukar dengan beras itu agar keperluan dalam sebulan dapat tercukupi. Memang rasanya tidak seenak beras yang biasa kita makan, tapi ibu dan bapak janji ini tidak akan lama,” jelas sang ibu sebagai penutup.
“Mas, sekarang kita sedang dalam masa sulit. Tapi, kita tidak boleh merengek dan meminta-minta. Bapak dan ibu adalah guru, dan kalian adalah anak kami. Bapak pesan 1 hal, berhematlah dan berpikirlah kalau ingin membeli sesuatu. Gaji bapak dan ibu memang kecil, tapi itu akan cukup kalo mas berdua bisa membantu berhemat. Gimana? Mas bersedia?” Sang ayah memberikan sebuah penjelasan dan pertanyaan kepada anaknya. Si bungsu menjawab, “ Ya kalau hanya itu sih kita bisa. Iya gak,mas?” sambil memandang kakaknya, kemudian dijawab anggukan oleh kakaknya.
“Jadi begini, mulai sekarang bapak dan ibu akan memberikan uang saku perbulan. Tidak akan bapak dan ibu tambah meski sudah habis karena itu jatah kalian. Jumlahnya sudah kami sesuaikan jadi tidakakan kurang asal kalian berhemat. Gimana?” Sang ibu menjelaskan. Keduanya mengangguk tanda setuju. Dan sejak itulah kedua kakak beradik itu belajar berhemat, menabung dan memilih mana yang penting dan secara tidak disadari akhirnya mereka terbiasa menyisihkan uang bulanan sampai sekarang.
Begitulah kisah nyata yang kami alami sampai-sampai akupun tidak merasakan, bahwa kedua orang tuaku sangat bijak dalam mengajari anaknya. Mereka tidak memaksa, mereka membuat kami (aku dan kakakku) percaya diri, mereka memberikan fakta bahwa itu adalah jalan yang harus kami tempuh. Terimakasih bapak, termakasih ibu, episode ini akan selalu kukenang dan akan kusampaikan pada setiap orang sebagai bukti bahwa aku bangga menjadi anak kalian.
Sebuah metode yang akhirnya kutemukan secara otodidak untuk menambah nominal tabunganku adalah mengambil di depan. Maksudnya, aku selalu menyisihkan uang untuk di saving dahulu dan sisanya baru untuk kebutuhan sehari-hari. Dari pengalaman aku belajar, ketika kita mengambil saving di akhir bulan, bisa dipastikan yang kita dapatkan adalah sisa atau mungkin tidak ada. Sedang jika di awal bulan sudah kita potong untuk saving dan tidak kita sentuh untuk diambil bisa dipastikan jumlah tabungan kita akan bertambah. Begitu juga untuk keperluan infaq dan shadaqah, kalau perlu kita mabil di awal bulan sehingga tidak terpengaruh kebutuhan kita. Karena kebutuhan kita sangat banyak bahkan mungkin uang yang kita miliki selalu kurang untuk memenuhinya.

 Salman Al-Fatih (SAF)

1 komentar: