Seputar Kita

Kadang kita melewatkan hal kecil yang akan berefek besar dalam kehidupan kita. Teruslah motivasi diri dengan terus berbagi........Karena tanpa kita sadari setiap detik waktu kita tak akan pernah kembali, jadikan berharga, jadikan bermanfaat.... Tetap di seputar kita..........
Powered By Blogger

Senin, 07 Maret 2011

Hari Ini... Luar Biasa!!!


Setelah seharian bertualang di IBF aku kembali ke kamar kost tercinta, melihatnya semakin menyunggingkan senyum. Semakin banyak saja koleksi bukuku, meski belum lengkap, tapi ternyata rak buku tempatku memajang buku-buku ini sudah penuh. Ah, sudahlah... Insyallah nanti akan kubuatkan lemari tersendiri untuk buku-buku ini. Impian untuk memiliki perpustakaan suatu saat semakin menguat dan semakin nyata, nanti akan kucoret impian itu sebagai tanda aku telah melakukannya. Amin...

Mengingat dan membaca ringkasan bedah buku tentang KHAWATIR QUR'ANIYAH   tadi pagi membuatku semakin merasakan,  betapa sebenarnya berinteraksi dengan Al-Qur'an adalah hal yang menyenangkan. "Jika ingin menikmati berinteraksi dengan Al-Qur'an jangan sibuk dengan makna kata-perkata, namun nikmatilah makna secara global" kata pengisi acara tadi. "Ingin tahu bagaimana cara memaknai surah-surah dalam Al-Qur'an? Silahkan baca di buku ini!" kata MC.. Ingin sekali rasanya memiliki buku itu, membacanya, hingga aku bisa merasakan interaksi dengan Al-Qur'an.

"Dari Utsman r.a, ia berkata : "Rasulullah SAW bersabda : 'Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR. Bukhari)

 Sore ini, setelah merenungi apa yang sudah disampaikan tadi. Coba ku buka buku riyadhus shalihin karya Imam Nawawi, ku buka bab keutamaan membaca Al-Qur'an. Kudapati disana betapa luar biasa Al-Qur'an itu, sebuah kitab yang memiliki kandungan dan keutamaan. Kitab ini adalah kitab yang mulia, yang terjaga keasliannya dari tangan-tangan jahil, yang indah susunannya, yang runut penjelasannya dan seutama-utamanya ilmu adalah Al-Qur'an. Bagaimana ketika para pembaca Al-Qur'an ini dijanjikan pahala yang besar, bagaimana ketika pembacanya akan dirahmati,dan akan dimuliakan. Luar biasa....

Sering kita lihat Al-Qur'an diterima sebagian dan ditinggalkan sebagiannya. Sering pula kita saksikan Al-Qur'an hanya menjadi bacaan ketika ada orang mati, lalu 'say good bye...' alias ditinggalkan sampai nanti akan ada orang meninggal lagi. Nahkan ada yang memisahkan sebagian Al-Qur'an sehingga menganggapnya kitab yang berbeda, seringkan kita temukan QS. Yasin yang dibukukan sendiri dan dibaca diwaktu-waktu tertentu? Semoga kita terhindar dari hal-hal seperti itu.

Di awal-awal surah Al-Baqarah disebutkan bahwa Al-Qur'an ini di turunkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Setiap orang bertaqwa pasti beriman dan tidak akan menerima sebagian dan membuang sebagian yang lain. Namun, orang beriman belum tentu bertaqwa. Jadi, mari kita belajar menjadi pilihan yang pertama. Ya... bertaqwa, karena dengan taqwa ini kita akan dapat mengintegrasi Al-Qur'an dalam kehidupan kita secara kaffah.... dan Al-Qur'an akan membimbing kita menuju kesuksesan dunia dan akhirat.

Di petang ini kututup dengan do'a "Laahaula wa laa quwwata illaa billaah" ( Tiada daya untuk menjauhi maksiat dan tiada kekuatan untuk berbuat maksiat, kecuali dengan pertolongan Allah ). Amin....

By. Salman Al-Fatih
pict by google

Ya Rabb... Aku malu...


Setelah membersihkan dari dan mandi pagi ini, aku dan kawanku bersiap-siap untuk pergi ke Islamic Book Fair yang diadakan di Istora Senayan. Betapa hari ini baru kusadari ternyata hanya 70 ribu rupiah tersisa di dompetku. Hmm... bagaimana aku akan membeli buku-buku yang ku inginkan? Ah, sudahlah.... Mungkin nanti ada seminar-seminar yang memberikan hadiah buku-buku gratis bagi penanya seperti biasanya. Baik, jadi hari ini aku akan berusaha mencari dulu buku-buku yang kuinginkan dan mungkin jika bisa nanti jika ada seminar yang bagus akan ku ikuti dan aku akan bertanya.

Sampai di lokasi, sekitar pukul 13.00 WIB... tiba-tiba ada SMS datang dari salah seorang kawan "Akh, hari ini datang ke IBF?" "Iya, sekarang ana di IBF. Ada apa?" jawabku singkat. "Ikut seminar bunda Neno? Ana sudah di Anggrek" kata kawanku itu, maksudnya adalah ada seminar Smart Parenting yang diadakan di ruang anggrek dengan pembicara Bunda Neno Warisman. "Baik, ana segera kesana!" jawabku sambil mencari dimana ruang anggrek.

Singkat cerita setelah tersesat kesana-kemari, ketemulah ruang anggrek yang ternyata ada di lantai 2 itu. Di depan ruangan ada meja pendaftaran, dan ku lihat beberapa orang mengeluarkan sejumlah uang untuk pendaftaran. Deg.. haduh... berapa ya bayarnya? pikirku dalam hati. Setelah bertanya pada kawan didalam apakah untuk masuk harus bayar dulu? ternyata jawabnya bisa langsung saja, tidak perlu bayar. Sebenarnya sampai detik ini, hatiku lebih nyaman. Namun, rasanya tetap tidak senyaman kalau aku bisa mendaftar dengan membayarkan sejumlah uang. Teringat betapa sebenarnya pasti pihak penyelenggara sudah bekerja keras untuk membuat acara ini, begitu bodohnya jika aku masuk tanpa mendaftar dan tidak memberikan infaq.

Baiklah ku putuskan untuk membayar dan mendaftar. Sebenarnya jumlahnya tidak besar, namun jumlah 25 ribu terasa besar ketika uang di dompet tersisa 70 ribu. Tapi, sudahlah berpositive thingking insyallah hari ini akan ada ilmu yang bermanfaat......

Saat acara berlangsung, sebenarnya sempat ada kekecewaan karena panelis utama bunda neno tidak bisa hadir. Dan digantikan pembicara lain... Ya sudahlah, yang penting ilmunya.... pikirku.

Acara berlangsung dengan cukup seru, beberapa informasi tentang bagaimana cara menjadi orangtua yang baik menjadi ilmu baru bagiku. Dan cukup membantuku mengingat betapa luar biasa orangtuaku yang telah merawat dan mendidikku. Selang waktu dua jam acara berlangsung dengan apik dan rapi, ku ucapkan syukur kepada Allah SWT. Alhamdulillah... tidak rugi dan keyakinanku untuk mengambil keputusan berinfaq di depan tadi ternyata tidak salah. Ilmu ini begitu bermanfaat bagiku, ilmu ini adalah bekal yang penting bagiku, dan ilmu ini menjadikan inspirasi baru untukku. Alhamdulillah Ya Rabb....

Ternyata Allah SWT memang selalu memiliki cara yang hebat untuk mengingatkanku... Pembawa acara mengambil alih dan mengatakan, "Terima kasih, kepada peserta yang tadi sudah memberikan infaqnya di meja pendaftaran. Insyallah infaq itu tidak akan hilang... Bagi peserta yang tadi mendaftar bisa menukarkan kembali kupon yang diberikan dengan uang pendaftarannya kembali..."

Wow!! Antara kaget, kagum, senang, bahagia. Kaget karena untuk acara seperti ini seharusnya kami membayar lebih, tapi ini GRATISSS.... kagum karena penyelenggara tidak pernah mengumumkan GRATIS, tapi ini justru di GRATISKAN padahal ini acara luar biasa meski belakangan ku tahu ketika mengembalikan kupon yang membayar hanya belasan orang, senang karena ternyata uang 25 ribu itu bisa ku belikan buku, bahagia karena Allah SWT memberikan rizkinya dengan cara luar biasa. Ilmu yang bermanfaat ini, hikmah kejadian ini....

Sungguh sebenarnya aku malu karena sempat berat untuk mengeluarkan uang itu, padahal aku belum tahu apa yang akan terjadi... Bahwa sebenarnya investasi itu menjadi sangat luar biasa ku rasakan, bahwa ternyata sebenarnya ini hanyalah ujian yang akan merubah hidupku...

Aku menceritakan ini bukan untuk menggurui kawan-kawan sekalian, tapi ingin sedikit berbagi bahwa sebenarnya Allah SWT memiliki caraNya untuk mendidik kita. Bahwa berbaik sangka akan sangat membantu untuk meringankan beban pikiran, dan menikmati keadaan adalah cara terindah untuk melewati perjalanan.

By. Salman Al-Fatih

Selasa, 14 Desember 2010

Keutamaan Puasa Tasu’a dan ‘Asyura [9 & 10 Muharram]

Bismillah…
Hari ‘Asyura di depan mata. Siapkan ilmu untuk mengahadapinya. Jadilah Anda seorang muslim pejuang sunnah an-nabawiyah. Selamat menyimak, semoga Allah mudahkan kita tuk mengamalkannya…

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]

Hadits yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).

Hadits yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)

Hadits yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.

Penjelasan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura[1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.

Oleh karena itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, beliau melihat bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.

Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh karena itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]

Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)

CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))

[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)

[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)

[4] (lihat no. 3)

[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)

Wallaahu a’lam.